Kisah
hidup Pony si orangutan membuat orang merinding. Orangutan betina
berusia 6 tahun ini dipaksa menjadi pelacur untuk manusia. Seperti
pelacur pada umumnya, dengan sejumlah uang, pria hidung belang yang
punya kelainan bisa meniduri orangutan.
Koordinator Komunikasi dan Edukasi Nyaru Menteng The Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS), Monterado Fridman, berbagi kisah soal Pony. Bagaimana sulitnya mengevakuasi orangutan ini dari lokalisasi, hingga waktu 10 tahun untuk menjadikannya normal kembali.
Pony diselamatkan dari lokalisasi tahun 2003 lampau. Tidak ada yang tahu sudah berapa lama Pony berada di sana. Si pemilik rumah prostitusi dengan keras menolak menyerahkan Pony. Baginya Pony adalah sumber uang dan dipercaya sebagai sumber keberuntungan.
"Tidak mudah mengeluarkan Pony dari tempat mengerikan itu, karena siapa saja yang mencoba menyelamatkan Pony akan berhadapan dengan orang-orang desa itu yang siap mengayunkan parang mereka membela pemilik rumah prostitusi," kata Monterado dalam website yayasan BOS.
Akhirnya setelah proses melelahkan yang berlangsung selama kira-kira satu tahun, Yayasan BOS dan BKSDA bekerja sama dengan aparat kepolisian dan TNI berhasil menekan pemilik rumah prostitusi untuk menyerahkan Pony.
"Pony pertama kali datang ke Nyaru Menteng pada tanggal 13 Februari 2003. Ketika itu, kondisinya sangat menyedihkan. Seluruh rambutnya telah habis dicukur oleh pemilik rumah prostitusi, tubuhnya pun dipenuhi bekas gigitan nyamuk. Pony tidak bisa berhenti menggaruk gatal-gatal akibat gigitan nyamuk itu, sehingga mengakibatkan infeksi pada kulitnya," lanjut Monterado.
Di Nyaru Menteng, Pony mendapatkan perawatan setelah mengalami siksaan hidup yang mengerikan dan mulai menjalani proses rehabilitasi. Karena cukup lama tinggal bersama manusia dan diperlakukan sangat biadab, tidak mudah bagi Pony untuk belajar hidup layaknya orangutan liar.
Pony menjalani proses panjang untuk membentuknya menjadi orangutan yang sesungguhnya. Dia telah tinggal di kandang sosialisasi bersama orangutan betina lain dan mengikuti pembelajaran di Sekolah Hutan.
Tahun 2005, Pony bahkan ditempatkan di Pulau Bangamat, sebuah pulau pra-pelepasliaran, untuk menempanya menjadi lebih mandiri. Sayangnya, Pony masih tampak belum siap menjalani proses pembelajaran ini. Pony tidak terbiasa dengan pepohonan. Dia lebih suka beristirahat di tanah.
"Ketika lapar, dia hanya menunggu teknisi memberinya makan tanpa berusaha mencari makanan alaminya. Pony hampir tidak pernah menjelajah pulau seperti orangutan lain. Daya jelajahnya hanya sebatas pada menyeberangi sungai kecil yang mengalir antar-pulau untuk menuju pondok jaga para teknisi dan meminta makanan," jelas Monterado.
Melihat kemampuannya yang tidak menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, dengan sangat terpaksa, Pony-pun dikembalikan ke kandang sosialisasi Nyaru Menteng pada bulan Juli 2010.
Sekembalinya Pony ke Kandang Sosialisasi, dengan penuh kesabaran, para teknisi Nyaru Menteng merawat dan tetap mengajari Pony keterampilan bertahan hidup di hutan. Tak jarang Pony dibawa ke Sekolah Hutan dan ikut belajar lagi bersama orangutan lain yang jauh lebih muda darinya.
Kini, di usianya yang menginjak 17 tahun, Pony akhirnya kembali mendapat kesempatan keduanya untuk tinggal di pulau. Tanggal 29 Juni 2013, bersama 7 orangutan betina lain, Pony dipindahkan dari Nyaru Menteng ke Pulau Kaja.
"Keterampilan bertahan hidup Pony sudah berkembang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Pony sudah mampu membuat sarang dan menunjukkan perilaku layaknya orangutan liar. Orangutan betina dengan berat 72,1 kilogram ini berperilaku sangat dominan dibanding teman-temannya," jelas Monterado.
"Selama tinggal di pulau, Pony tentu akan mendapatkan perhatian khusus dari Nyaru Menteng, untuk melihat perkembangan keterampilannya bertahan hidup. Meski masih membutuhkan proses pembelajaran yang panjang, kami bahagia melihat Pony kini tinggal di rumah barunya di pulau pra-pelepasliaran. Sebuah tempat di mana dia seharusnya berada, bukan di kandang atau jauh lebih buruk lagi, di dalam kurungan peliharaan," kata Monterado. (http://www.merdeka.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar