Oleh : Abd. Rafi
Di bumi yang menghampar dibawah terik mata hari ditengah-tengah langit yang membentang luas dan membiru tanpa membisu, langkah-langkah waktu terus berputar. Angin mengundangnya berpadu pandang dunia yang penuh dengan hambatan dalam kebutuhan hidup alami.
Terkisahnya seorang gadis tak mampu melepaskan dirinya dari sikap amoral dalam mengatasi problema yang menimpanya sehingga membuatnya sengsara dan celakak. Dalam kisah itu terungkaplah seorang Gadis yang menamakan dirinya “ Maria Zaitun ” yang berstatus seorang pelacur dan membendaharakan hutang.
Selama dua minggu, seorang majikan mulai teropsesi di tempat tidurnya berbaring sembari menghayal seolah-olah dirinya terjepit oleh sanggahan seorang pelacur, kebetulan dikemudian hari seorang pelacur meminta uang kepada majikan.
“ Pak, tolong aku ” pinta Maria Zaitun
“ Ia, ada apa ?” tanya majikan
“ Boleh nggak aku pinjam uangmu ?” Maria Zaitun kembali bertanya
“ Hutangmu masih belum bayar, maunya hutang lagi ”
“ Ya udah, kamu pergi saja dari sini ” timpal majikan sambil mengusirnya
Maria Zaitun pergi dengan berjalan kaki tanpa sepatu, air keringat bercucuran saat melewati jalan yang penuh dengan hamburan debu, gusinya berdarah, bibirnya kering, jantungnya sakit sertakan tak berdaya, ia pergi kepada dokter. Tiba-tiba banyak pasein yang menunggu terlebih dahulu. Seorang dokter menariknya karena dia disingkirkan oleh orang banyak tanpa memprotesnya, dan dokter berkata kapada Maria Zaitun.
“ Maria Zaitun, utangmu masih banyak kepadaku” ungkap dokter
“ Ia, balas Maria Zaitun.” Dengan suara yang penuh kendur
“ Uangmu berapa ?” dokter memutar ekspresinya
“ Sama sekali tidak ada dok.”
Dokter menyuruh untuk telanjang, Maria Zaitun terbuai kesakitan dikala mau membuka bajunya. Karena, bajuanya sangat melekat, namun dokter tak jadi meriksa.
Beberapa minggu kemudian Maria Zaitun pergi menuju rumah pastor untuk meminta tolong kepadanya. Sesampainya Maria Zaitun ke rumah pastor dia membunyikan bell pintu. Lalu Koster keluar dan bertanya:
“ Kamu mau apa?” Pastor masih makan siang, dan sekarang bukan jam bicara ” ungkap koster.
“ Maaf aku mohon, kuingin bertemu dengannya, aku sakit ini sangat perlu ” pinta Maria Zaitun mata agak memejam dengan suara yang tak melantang.
“ Oke.! Asal engkau tunggu diluar saja. Aku lihat apa pastor mau terima kamu.” jawab koster.
Dengan kesadaran hati Maria Zaitun, dia duduk sambil menuggu Pastor yang sedang makan tanpa ingin menyisakan mekanannya. Baru satu jam pastor datang kepadanya. Setelah mengorek sisa makanan dari giginya ia lalu bertanya:
“ Kamu perlu apa?, bau mulutnya tak segar. Pakek selop kayak gini.” Maria Zaitun menjawab:
“ Mauku mengaku dosa ”
“ Ini bukan waktunya bicara. Tapi. Ini jam saya untuk berdo’a ”
“ Kini aku mau mati, wanita tergoda dosa ”
“ Sakit ya ?”
“ Iya.”
Pastor mengungkapkan bahwa Maria Zaitun gila dan tak akn mati, tak perlu pastor. Tapi perlu dokter jiwa.
(Malikat sang penjaga firdaus
Tak rela mendengarnya. Namun dengki
Tak menjawab apa perkataan dia
Genggaman pendang menyala-nyala
Sia-sia dirinya menatap dia
Dengan angkuh malaikat tegak berdiri.)
Tak rela mendengarnya. Namun dengki
Tak menjawab apa perkataan dia
Genggaman pendang menyala-nyala
Sia-sia dirinya menatap dia
Dengan angkuh malaikat tegak berdiri.)
Seorang lelaki datang mengahampiri diseberang jalan. Dan ia berseru:
“ Engkaulah Maria Zaitun ?”
“ Ia. Aku Maria Zaitun ”
Hal ini menjadi sebuah impian yang alami teringat kepada masa yang telah suram, nan tak pernah hampa walau jauh dari pandangan telanjang mata. Tapi, batin tetap mengungkapkannya. Maria Zaitun bertanya :
“ Siapakah engkau yang sebenarnya ?” Maria Zaitun membelai lelaki itu sambil berbisik dan menggenggam tangannya agar lelaki itu mengaku siapakah dirinya ? Maria Zaitun mencium tubuh lelaki itu dalam keadaan mesra sehingga keduanya tersenyum manis. Tiba-tiba terhenti, Maria Zaitun bersikap romantis, menghormati saat menunggu jawaban lelaki itu. Karena lelaki masih sempat menyembunyikan identitasnya, Maria Zaitun melukis ungkapan kepadanya dengan perlahan-lahan :
“ Aku bisa menebakmu, siapakah nama dirimu ?”
Dengan tebakan Maria Zaitun terhadap lelaki itu dengan pandang matanya, lelaki bisa menganggukkan kepalanya, dan menjawab.
“ Iya, betul ”.
Disitulah Maria Zaitun mulai merangkul gangguan jiwanya, namun tak semua orang menolak terhadap Maria Zaitun walau dirinya menyandang derita yang cukup menyedihkan termasuk menderita “ Vitamin C ”.[]
“ Engkaulah Maria Zaitun ?”
“ Ia. Aku Maria Zaitun ”
Hal ini menjadi sebuah impian yang alami teringat kepada masa yang telah suram, nan tak pernah hampa walau jauh dari pandangan telanjang mata. Tapi, batin tetap mengungkapkannya. Maria Zaitun bertanya :
“ Siapakah engkau yang sebenarnya ?” Maria Zaitun membelai lelaki itu sambil berbisik dan menggenggam tangannya agar lelaki itu mengaku siapakah dirinya ? Maria Zaitun mencium tubuh lelaki itu dalam keadaan mesra sehingga keduanya tersenyum manis. Tiba-tiba terhenti, Maria Zaitun bersikap romantis, menghormati saat menunggu jawaban lelaki itu. Karena lelaki masih sempat menyembunyikan identitasnya, Maria Zaitun melukis ungkapan kepadanya dengan perlahan-lahan :
“ Aku bisa menebakmu, siapakah nama dirimu ?”
Dengan tebakan Maria Zaitun terhadap lelaki itu dengan pandang matanya, lelaki bisa menganggukkan kepalanya, dan menjawab.
“ Iya, betul ”.
Disitulah Maria Zaitun mulai merangkul gangguan jiwanya, namun tak semua orang menolak terhadap Maria Zaitun walau dirinya menyandang derita yang cukup menyedihkan termasuk menderita “ Vitamin C ”.[]
SEKIAN……….!
sumber: https://badriyadi.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar